ISSN : 1978-452X

JURNAL EKOWISATA Memublikasisikan tulisan hasil-hasil penelitian dan pemikiran yang berhubungan kepariwisataan, sekaligus mendorong upaya-upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan berkelanjutan.

Selasa, 12 April 2011

Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Taman Nasional Bunaken Untuk Pemanfaatan Ekowisata Bahari

Margaretha N. Warokka
Abastract
The tourism business in Indonesia need to change the use of tourism objects and attractions (ODTW) conceptually, a planned, gradual, and environmentally sound. Assessment results ODTW Bunaken National Park indicate the potential of 88.01%. These results point that the increase in potential still needs to be done to maintain competitiveness with other tourist destinations. Tourism planning is important for the development and success of tourism as well as to minimize negative impacts or problems that will arise. The development should apply the concept of ecotourism is a concept of tourism that reflects environmental insight and follow the rules of balance and sustainability and to improve the quality of human relationships, quality of life of local communities and maintaining environmental quality.

PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Pariwisata merupakan salah satu sektor penunjang pembangunan nasional yang mengalami pertumbuhan tercepat dan pesat di dunia. Sepanjang tahun 2008, sektor pariwisata di Indonesia berhasil menyumbang devisa hingga mencapai Rp 70 triliun. Jumlah ini diperoleh dari kedatangan 6,45 juta wisatawan mancanegara yang membelanjakan uangnya hingga 1.178 dollar AS per orang per hari. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pemasaran Departeman Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar, menjelang rencana pertemuan tahunan menteri-menteri pariwisata ASEAN, atau ASEAN Tourism Forum (Kompas, 5 Januari 2009). Sebagai sektor penunjang pembangunan nasional, pariwisata berfungsi meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti devisa negara, menumbuhkan banyak peluang ekonomi skala kecil dan menengah, pencipta lapangan kerja, sebagai katalis untuk pengembangan sektor-sektor ekonomi lain seperti perikanan, pertanian kehutanan dan manucfacturing, serta dapat meningkatkan upaya menjaga dan memperbaiki lingkungan.
Salah satu sumberdaya wisata yang sangat potensial adalah wilayah pesisir, mempunyai kekayaaan dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentuk alam, struktur historis, adat, budaya dan berbagi sumberdaya yang lain yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Hal ini semuanya merupakan karunia dan anugerah Tuhan untuk dapat dikembangkan bagi kesejahteraan manusia. Alam dan sekitarnya dengan berbagai keragaman yang tinggi seperti wilayah pesisir mempunyai nilai atraktif dan turistik wajib dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan melalui pariwisata bahari. Adapun objek tujuan wisata bahari diantaranya sebagian kawasan Indonesia meliputi Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua dengan taman laut yang mempesona dan aneka ragam biota lautnya, disamping memiliki teluk tenang serta ombak yang dapat digunakan bagi kegiatan olahraga dengan pantai berpasir putih.
Tamana Nasional Bunaken merupakan salah satu kawasan konservasi yang dijadikan sebagai obyek dan daya tarik wisata, yang memiliki keindahan dan daya tarik sumberdaya bawah laut. Keindahan terumbu karang dengan berbagai bentuk dan warna serta beraneka macam biota laut yang terdapat di dalamnya, mampu menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Pulau Bunaken (Tabel 1). Wisatawan yang berkunjung di Kota Manado, pada umumnya ingin menikmati keindahan panorama bawah laut. Pulau Bunaken mempunyai 20 tempat penyelaman yang kaya akan ikan-ikan tropis dan terumbu karang. Lebih dari 3.000 spesies ikan terdapat dalam kawasan “Segi Tiga Emas” Papua Nugini, Filipina, dan Indonesia. Bunaken secara Biologis dan strategis terletak di “segi tiga” ini, diantaranya terdapat ikan hiu, kura-kura, Mandarin Fish, kuda laut, ikan pari, dan yang terkenal adalah ikan purba Raja Laut (Coleacant). Selain itu juga terdapat terumbu karang baik yang lunak maupun keras dengan membentuk dinding yang terjal, dengan beraneka macam dan warnah karang.
Luas wilayahnya Pulau Bunaken sekitar 887,5 ha. dengan kondisi morfologi sedikit bergelombang, dan merupakan salah satu Taman Laut terindah di dunia. Sebagian besar wilayah pantainya terdiri dari hutan bakau dan pasir putih. Keindahan taman lautnya khusus Pulau Bunaken dapat dilihat pada lokasi titik penyelaman yang disebut dengan Lekuan satu, Lekuan dua, dan Lekuan tiga, Fukui, Mandolin, Tanjung Parigi, Ron's Point, Sachiko Point, Pangalisang, Muka Kampung, dan Bunaken Timur. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa snorkeling, diving (menyelam), photografi underwater (foto bawah laut), dan bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan panorama bawah laut tapi tidak dapat berenang dapat menikmatinya dengan menggunakan perahu berkaca (katamaran). Jumlah kunjungan wisata yang mengunjungi PULAU BUNAKEN pada tahun 2006 adalah 32.329 wisatawan, tahun 2007 sejumlah 26.455 wisatawan, dan pada pertengahan tahun 2008 adalah 32.819 wisatawan (http://www.antaranews.com).
Permasalahan yang terjadi di Taman Naasional Bunaken saat ini adalah terjadinya degradasi lingkungan, hal ini teridentifiasi dari berkurangnya wilayah tutupan karang serta berkurangnya spesis ikan. Kegiatan wisata yang hanya terpusat pada diving spot tertentu, menyebabkan terjadinya kerusakan terumbu karang akibat jumlah kunjungan yang melebihi batas daya dukung lingkungan. Perkembangan pariwisata yang sangat pesat secara bersamaan juga telah menimbulkan perubahan yang tidak diinginkan pada sumberdaya alam. Dampak negatif tersebut sering muncul sebagai dampak lanjutan dari pengembangan pariwisata yang tidak direncanakan secara tepat dan benar. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Smith (1992) dalam Gunn (1994). Menurut Smith (1992) dalam Gunn (1994), pencemaran pantai, erosi dan kerusakan pantai, gangguan budaya, dan dominasi wisatawan pada areal pantai adalah beberapa perubahan yang terjadi pada pengembangan pariwisata di pantai tropis yang tidak terencana.
Pariwisata sebagai industri harus benar-benar mempunyai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik, sehingga dampak negatif dari pariwisata dapat ditoleransi (Mangkudilaga, 2000). Menurut Inskeep (1991), perencanaan pariwisata (planning for tourism) adalah penting untuk perkembangan dan keberhasilan pariwisata serta dapat meminimalisasi dampak negatif atau problem yang akan muncul. Kenyataan tersebut merupakan satu tantangan yang dihadapi para stakeholder yang berkeinginan untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan. Pengembangan hendaknya menerapkan konsep ekowisata yaitu suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian dan dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan.
Pengelolaan kawasan wisata Pulau Bunaken perlu dilakukan dengan mengacu pada konsep ekowisata untuk menjaga kelestarian lingkungan, sehingga pariwisata dapat terlaksana secara berkelanjutan. Adapun yang menjadi syarat penerapan konsep ekowisata meliputi: (1) pemanfaatan dan pelestarian lingkungan, (2) kontribusi ekonomi, (3) aspek pembelajaran, (4) melibatkan masyarakat lokal, dan (5) dampak negatif minimum (Sekartjakrarini dan Legoh, 2004). Konsep ekowisata merupakan suatu konsep yang dapat menghubungkan antara pelaku industri pariwisata dan para pemerhati lingkungan. Untuk meningkatkan daya saing, World Travel and Tourism Council (2004) dalam Kasali (2004) menyatakan bahwa palaku usaha pariwisata di Indonesia perlu mengubah pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata (ODTW) secara konseptual, terencana, bertahap, dan berwawasan lingkungan.
Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk melakukan penilaian ADTW wisata bahari di Pulau Bunaken .


PEMBAHASAN
Taman Nasional Bunakaen yang merupakan andalan pariwisata Provinsi Sulawesi Utara yang telah dikenal dunia, dan merupakan peringkat ke-dua dunia yang terkenal akan keindahan panorama bawah lautnya. Pulau Bunaken memiliki keindahan alam panorama bawah laut yang telah dikenal dunia, sehingga wisatawan yang berkunjung ke Kota Manado, pada umumnya ingin menikmati keindahan panorama bawah lautnya. Bunaken mempunyai paling sedikit 17 titik penyelaman yang kaya akan ikan - ikan tropis dan terumbu karang. Lebih dari 2.000 spesies ikan terdapat dalam kawasan “Segi Tiga Emas” Papua Nugini, Filipina, dan Indonesia. Bunaken secara Biologis dan strategis terletak di “segi tiga” ini dan memiliki di antaranya Ikan Hiu, Kura-kura, Mandarin Fish, Kuda Laut, Ikan Pari, dan yang terkenal adalah Ikan Purba Raja Laut. Selain itu juga terdapat terumbu karang baik yang lunak maupun keras dengan membentuk dinding yang terjal, dengan beraneka macam dan warnah karang.
Sebagian besar wilayah pantainya terdiri dari hutan bakau dan pasir putih. Keindahan taman lautnya dapat dilihat antara lain pada lokasi titik penyelaman yang disebut dengan Lekuan satu, dua, dan tiga, Fukui, Mandolin,Tanjung Parigi, Ron's Point, Sachiko Point, Pangalisang, Muka Kampung, dan Bunaken Timur. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa snorkling, diving (menyelam), photografi underwater (foto bawah laut), dan bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan panorama bawah laut tapi tidak dapat berenang dapat menikmatinya dengan menggunakan perahu berkaca (katamaran). Hasil penilaian potensi ODTW (PHKA Departemen Kehutanan, 2002)Pulau Bunaken dapat dilihat pada Tabel 1.



Tabel 1 Hasil penilaian potensi ODTW kawasan PULAU BUNAKEN (Obyek wisata laut)

Potensi Kriteria Total Nilai¹ Nilai²
(N x b) Indeks³ (%) Kelompok
SDA Obyek wisata laut 1440 1380 95.83 Daya tarik
Sosbud dan ekonomi Kondisi lingkungan sosek 1350 1100 81.48 Partisipasi masyarakat
Pelayanan masyarakat 60 40 66.66
Kadar hubungan atau Aksesibilitas 725 600 82.75 Sarana dan prasarana penunjang
Akomodasi (radius 15 km dari obyek) 90 90 100
Prasarana dan sarana penunjang (radius 20 km dari obyek) 120 120 100
Tersedianya air bersih 600 480 80
Hubungan obyek dengan obyek wisata lain 450 430 95.55 Paket Wisata
Kondisi iklim 600 540 90
Keamanan 30 30 100
Total 5465 4810 88.01
1 total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dinilai
2 hasil penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam
3 indeks hasil penilaian potensi terhadap total nilai yang dinyatakan dalam presentase
N: pilihan nilai setiap unsur dalam kriteria penilaian potensi
b: bobot dari setiap kriteria penilaian potensi

Kadar Hubungan Aksesbilitas
Waktu tempuh ke obyek dari pusat kota tergantung besar pk dan kondisi ombak, bila menggunakan perahu motor menuju Pulau Siladen dapat ditempuh dalam waktu ± 20 menit, Pulau Bunaken ±30 menit. Untuk mencapai lokasi dapat melalui Pelabuhan Manado, Marina Nusantara Diving Center (NDC) di Kecamatan Molas dan Marina Blue Banter Marina. Dari Blue Banter Marina dengan menggunakan kapal pesiar yang tersedia menuju daerah wisata Pulau Bunaken dapat ditempuh dalam waktu 10-15 menit, sedangkan bagi wisatawan yang mengambil alternatif dari Pelabuhan NDC menuju lokasi penyelaman di Pulau Bunaken dengan menggunakan speed boat ditempuh dalam waktu ± 20 menit.













Gambar 12 a. Perahu katamaran dan b. jenis transportasi laut
Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi
Kondisi lingkungan soaial ekonomi yang dinilai adalah tata ruang wilayah, status lahan, tingkat pengangguran, mata pencaharian penduduk, ruang gerak pengunjung, pendidikan, tingkat kesuburan tanah, sumberdaya mineral dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan obyek wisata alam. Hasil penilaian 81,48% dipengaruhi oleh tata ruang wilayah telah diatur dengan dibuatnya zona masyarakat zona pemanfaatan dan zona inti, dan status lahan dikelolah oleh pemerintah sedangkan persepsi masyarakat sangat mendukung untuk pengembangan obyek wisata alam di daerah ini. Masyarakat pada umumnya bekerja sebagai petani dan nelayan. Dengan ditetapkannya daerah ini sebagai obyek wisata memberikan dampak positif kepada masyarakat, melaui pemanfaatan industri-industri kerajinan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat setempat.










Gambar 13 Hasil kerajinan masyarakat


Akomodasi, Prasarana dan Sarana Penunjang
Akomodasi untuk kawasan Pulau Bunaken mencapai angka nilai tetinggi 100%, ditunjang dengan ketersediaan sarana akomodasi dengan jumlah kamar >100. Prasarana dan sarana penunjang memiliki nilai 100% dipengaruhi letak obyek wisata dengan pusat kota hanya berjarak 3 mill atau dibawah radius 20 km, sehingga untuk mencapai prasarana dan sarana penunjang adalah mudah.








Gambar 14 Sarana akomodasi Pulau Bunaken
Pelayanan Masyarakat
Masyarakat dalam melayani wisatawan sangat ramah, hanya saja yang menjadi kendala adalah kemampuan berbahasa (66,66%). Masyarakat pada umumnya hanya menguasai dua bahasa, yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang menyebabkan kesulitan untuk berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara. Peran pemandu disini sangat dibutuhkan karena pemandu yang akan mengubungkan wisatawan mancanegara dengan masyarakat lokal.
Kondisi Iklim
Memiliki kondisi iklim dengan suhu udara rata-rata pada siang hari 29,400C - 32,200C sedangkan pada malam hari berkisar antara 29,400C - 23,200C, jumlah bulan kering 8 bulan rata-rata pertahun, kelembaban udara 75% dan kecepatan angin rata-rata berkisaran antara 130 knot/jam. Hasil evaluasi (nilai indeks 90%) menunjukan kondisi iklim baik, sehingga tidak ada pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan dan dapat dilakukan secara konstan setiap tahunnya. Khusus bulan Nopember sampai Januari banyak terjadi angin barat hingga barat laut sehingga kecepatan angin meningkat hingga mencapai 60-70%, akan tetapi hal ini tidak terlalu mengkuatirkan.
Persediaan Air Bersih
Air yang tersedia dilokasi adalah mata air dengan jarak 0-3 km dari titik obyek wisata. Kontinuitasnya tersedia sepanjang tahun, sehingga tidak akan mempengaruh persediaan air bersih pada obyek wisata. Ketersediaan air bersih sangat berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata, dimanan kebersihan dan kenyamanan akan terjaga jika memiliki sumber air bersih yang memadai.
Keamanan dan Hubungan Obyek dengan Obyek Wisata Lain
Keamana kawasan PULAU BUNAKEN adalah baik karena tidak ada arus berbahaya, tidak ada binatang pengganggu ataupun kepercayaan yang mengganggu sehingga nilai keaman mencapai 100%. Kadar hubungan obyek dengan obyek wisata lain memiliki nilai indeks 95,55%, dipengaruhi adanya kesamaan obyek wisata bentuk darat (Gunung Tumpa) dan obyek wisata pantai (Pantai Malalayang). Kesamaan obyek wisata memberi pengaruh positif terhadap lingkungan PULAU BUNAKEN, karena dengan demikian pusat kunjangan wisata tidak hanya terpusat pada PULAU BUNAKEN saja sehingga kelestarian lingkungan dan pariwisata yang berkelanjutan dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Komunikasi dan Informatika. 2005. Pengembangan Ekowisata Bahari. Swamedia Informatika. http:/www.lin.go.id/news.asp?kode=290402MzYT0002. 27 September 2006.
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2002. Kriteria Standar Penilaian ODTW (Analisis Daerah Operasi). Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Departemen Kehutanan.
Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning: Basics, Concepts, Cases. Third Edition. Taylor & Francis Publisher.
Inskeep, E. 1991. Tourism Planning : An Integrated and Sustainable Development Approach Van Nosttrand Reinhold, New York, U.S.A.
Mangkudilaga, S. 2000. Peran Serta Pariwisata Pengentasan Kemiskinan. Lingkungan Manejemen Ilmiah Volume 2, No. 7:9-16.
http://www.antaranews.com
Kompas, 5 Januari 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar