Abstract
Manado government has specified Manado vision and mission as a city of world tourism destination 2010. That vision and mission has been following with the readiness of objects and tourism fascination at Manado, like available of tourism interpretation product because that product can improve competitiveness of tourism location destination. Lack of tourism interpretation product in this time is causing tourist recognition of objects and tourism fascination at Manado also very less. Therefore, a policy action formulating development of tourism interpretation product in Manado is needed. Field survey was used as a method concerning standard criterion assessment of objects and natural recreation fascination and history tourism. Research result indicated that City of Manado was having high tourism potency, with index value above 80%. There are two potential tourism interpretation paths according to time and accessibility i.e. Packet B Path (for one until two days) and Packet B (for three until four days). Suggested development strategies that require to be developing in Manado are development of tourism interpretation product as a whole both in tourism area and also outside, because that is very influence competitiveness of Manado tourism.
Kata kunci: wisata, Manado
Pendahuluan
Pariwisata merupakan salah satu produk yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam hal kesempatan kerja, peningkatan taraf hidup yaitu dengan mengaktifkan sektor industri lain. Diperkirakan menjelang abad ke-21 pariwisata akan menjadi andalan perolehan devisa negara dan perkembangannya dapat memacu perekonomian suatu negara. Industri pariwisata pada tahun 2010 diperkirakan akan memberikan kontribusi devisa pada gross domestic product (GDP) sebesar 12%. Pertumbuhan pariwisata pada tahun yang sama diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja sebanyak 2,5 juta orang di Indonesia (WTO 2002 dalam Cabrini 2002).
Propinsi Sulawesi Utara merupakan daerah yang kaya akan obyek dan daya tarik wisata. Keunggulan potensi pariwisata SULUT kususnya Manado dapat dilihat dari dua sisi yaitu: pertama sebagai daerah tujuan wisata, terdapat beberapa obyek wisata alam, wisata buatan, wisata sejarah, wisata seni dan budaya. Kedua sebagai pintu gerbang pariwisata regional bahkan nasional, karena posisinya yang strategis sebagai inlet/outlet di kawasan timur Indonesia belahan utara ke pasar pariwisata global, khususnya di kawasan Asia Pasifik.
Untuk meningkatkan daya saing, World Travel and Tourism Council (2004) dalam Kasali (2004) menyatakan bahwa pelaku usaha pariwisata di Indonesia perlu mengubah pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata (ODTW) secara konseptual, terencana, bertahap, dan berwawasan lingkungan. Interpretasi merupakan produk pariwisata yang dilandasi konsep ekowisata yang mengkombinasikan kepentingan industri pariwisata, wisatawan dan para pencinta lingkungan.
Permasalahan yang dihadapi industri pariwisata Kota Manado saat ini yaitu minimnya produk interpretasi yang menyebabkan pengenalan wisatawan akan obyek dan daya tarik wisata daerah ini juga sangat minim. Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan pengembangan produk interpretasi pariwisata untuk mempermudah wisatawan mengenal dan memahami obyek wisata yang ada. Karena itulah, penelitian ini bertujuan: a)Mengindentifikasi dan menganalisis potensi wisata yang ada di Kota Manado; dan b)Menetapkan produk interpretasi wisata yang dapat dikembangkan di Kota Manado.
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengambil lokasi obyek-obyek wisata di Kota Manado. Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara, secara geografis terletak antara 1025’88” – 1039’5” LU dan 124047’00” – 124056’00” BT. Luas wilayah Kota Manado berdasarkan PP No. 22 Tahun 1988 adalah 15.726 ha. Dengan adanya program reklamasi yang dimulai pada tahun1995, luas daratan Kota Manado telah bertambah menjadi 67 ha. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret-Juni 2007, meliputi survei awal, dan pengumpulan data di lokasi penelitian selanjutnya melakukan analisis dan pengelolaan data.
Identifikasi
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi obyek dan daya tarik wisata yang ada di Kota Manado, dan menetapkan produk interpretasi wisata yang dapat dikembangkan di Kota Manado. Penilaian obyek dan daya tarik wisata menggunakan analisis penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam (PHKA, 2002), dan untuk analisi alternatif kebijakan menggunakan analisis MPE (Ma’arif dan Tandjung, 2003).
Penelitian dilakukan dengan metode survei (non experimental) melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian. Pengumpulan data ODTW dan potensi pengunjung dengan teknik in-depth interview dan observasi menurut Kusmayadi (2004).
Analisa Data
Data yang diperoleh diolah melalui cara mentabulasikan, kemudian dilakukan analisis berdasarkan jenis dan tujuan penggunaan. Analisis meliputi Analisis Penilaian Potensi menurut Gunn (1994); dan Analisis MPE.
Hasil dan Pembahasan
Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Kota Manado
Kota Manado memiliki potensi obyek dan daya tarik wisata yang kompleks, terdiri atas enam potensi wisata alam (darat, laut, dan pantai), 17 potensi wisata sejarah, 12 potensi wisata buatan, dan 12 potensi wisata seni dan budaya. Nilai indeks rata-rata dari masing-masing obyek diatas 80% untuk keindahan, sehingga patut diperhitungkan sebagai daerah tujuan wisata. Taman Nasional Bunaken adalah obyek wisata alam yang menjadi andalan wisata Kota Manado, terkenal dengan keindahan panorama bawah lautnya yang memiliki beraneka macam jenis ikan dan terumbu karang. Selain obyek wisata alam terdapat obyek wisata sejarah, antara lain Klenteng Ban Hing Kiong yang merupakan klenteng tertua dan yang pertama di kawasan Asia. Obyek wisata buatan yang terdapat disepanjang kawasan Boulevard sebagai pusat perbelanjaan dan rekreasi dengan variasi keindahan alam pantai dan pemandangan pulau Bunaken, Manado Tua dan Siladen. Obyek wisata seni dan budaya seperti tarian Maengket, Kabasaran dan musik bambu yang menggambarkan seni dan budaya masyarakat Kota Manado.
Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
Penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam serta potensi sosial budaya dan ekonomi dibahas menurut tiga kategori obyek wisata yaitu : darat, pantai, dan laut. Sedangkan nilai indeks dari masing-masing hasil penilaian potensi sumber daya merupakan total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dievaluasi.
Hasil evaluasi yang didapatkan adalah: Pantai Malalayang 86,83%, Kawasan Taman Nasional Bunaken (Pulau Bunaken, Manado Tua dan Siladen) 85,81%, Air Terjun Kima 84,73%, dan Gunung Tumpa (Mamre Green Hills) 84,65%. Perbedaan nilai tersebut dipengaruhi oleh unsur-unsur kriteria penilaiannya yaitu: daya tarik, kondisi lingkungan sosial ekonomi, pelayanan masyarakat, kadar hubungan atau aksesibilitas, akomodasi (radius 15 km dari obyek), prasarana dan sarana penunjang (radius 20 km dari obyek), keamanan, tersedianya air bersih, hubungan obyek dengan obyek wisata lain, dan kondisi iklim.
Penilaian Potensi ODTW Sejarah
Penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata sejarah, untuk melihat obyek yang menonjol berdasarkan urutan nilainya, sehingga dalam pembuatan jalur paket wisata akan mengkombinasikan obyek-obyek yang menonjol antara obyek wisata alam dan sejarah. Unsur penilaian obyek wisata sejarah adalah: keutuhan situs, sejarah nasional atau daerah, kemudahan akses dan pelayanan masyarakat. Hasil evaluasi beberapa situs memiliki nilai yang sama, empat situs dengan nilai indeks tertinggi 98%, delapan situs 94%, dua situs 90,66%, dua situs 90%, dan dua situs dengan nilai indeks terendah 86%.
Nilai indeks tertinggi adalah Goa Jepang, Gereja Sentrum dan Monumen Perang Dunia II, dipengaruhi unsur penilaian keutuhan situs dimana keasliannya masih terjaga dan bernilai sejarah nasional. Sedangkan nilai indeks terendah karena dipengaruhi unsur penilaian keutuhan situs, dimana sebagian telah dipugar sehingga tidak tampak keasliannya.
Penilaian ODTW Sejarah
Tabel 1. Hasil penilaian ODTW Sejarah.
No Nama Situs Nilai1
Indeks2 (%)
1 Waruga 960 99,96
2 Makam Kanjeng Ratu Kedaton 775 78,28
3 Batu Sumanti 950 95,95
4 Goa Jepang 925 93,43
5 Waruga Dotu Lolong Lasut 960 99,96
6 Veld Box 865 87,37
7 Parigi Tujuh 780 78,78
8 Parigi Puteri 795 80,30
9 Batu Kuangang 795 80,30
10 Batu Buaya 885 89,39
11 Monumen Tentara Jepang 775 78,28
12 Kubur Belanda 865 87,37
13 Kelenteng Ban Hing Kiong 920 92,92
14 Batu Bantik 910 91,91
15 Gereja Sentrum (Oude kerk) 920 92,92
16 Monumen Perang Dunia II 890 89,89
17 Meriam Kuno 890 89,89
1 total nilai (N) setiap situs yang dinilai adalah 990 berdasarkan pedoman standar kriteria penilaian ODTW alam (PHKA, 2002) yang telah dimodifikasi.
2 indeks hasil penilaian potensi terhadap total nilai yang dinyatakan dalam presentase.
Evaluasi Alternatif Kebijakan
Pengembangan produk interpretasi wisata Kota Manado dilakukan dengan analisis MPE, berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditentukan. Hasil pembobotan kriteria penilaian alternatif kebijakan (Tabel 2), potensi obyek dan daya tarik urutan teratas, urutan kedua prasarana dan sarana, urutan ketiga pemandu, dan urutan keempat pelayanan khusus. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pengembangan produk interpretasi wisata Kota Manado harus memperhatikan keempat unsur kriteia tersebut, karena besar pengaruhnya terhadap pengembangan pariwisata itu sendiri.
Tabel 2. Hasil pembobotan kriteria penilaian alternatif kebijakan.
No Kriteria Bobot Urutan
1. Pemandu 0,00377 III
2. Aksesibilitas 0,00036 VI
3. Pelayanan khusus 0,00099 IV
4. Pelayanan umum 0,00039 V
5. Penyediaan sarana dan prasarana 0,02955 II
6. Potensi obyek dan daya tarik 0,97342 I
7. Pengunjung 0,00009 VII
1
Hasil evaluasi tersebut berdasarkan kenyataan nyata di lapangan, pengelolaan dan pengembangan obyek wisata hanya terpusat pada kawasan Taman Nasional Bunaken sedangkan obyek wisata lainnya terabaikan menyebabkan wisatawan kurang mengenal obyek-obyek wisata lainnya. Pengembangan dan pemanfaatan obyek-obyek wisata harus dilakukan secara optimal dan meyeluruh guna mencegah terjadinya kejenuhan pasar.
Penyediaan prasarana dan sarana penunjang obyek wisata pada umumnya masih sangat minim. Area pusat informasi obyek wisata secara keseluruhan belum ada, yang ada hanya pusat informasi khusus kawasan Taman Nasional Bunaken. Pusat informasi akan membantu wisatawan lebih mengenal obyek-obyek wisata, dan mengetahui daya tarik dari masing-masing obyek yang ditawarkan. Pemandu merupakan penghubung antara obyek wisata dengan wisatawan, untuk itu pemberdayaan SDM yang berkualitas sangat diperlukan karena pemandu berhubungan langsung dengan wisatawan.
Pelayanan khusus yang perlu dibuat adalah pintu masuk di setiap kawasan obyek wisata untuk mempermudah mengetahui jumlah kunjungan wisatawan. Setiap obyek wisata perlu dibuat papan petunjuk arah, baik diluar kawasan (jalan menuju obyek) maupun di dalam kawasan obyek berupa papan petunjuk keberadaan flora dan fauna, atau nama situs untuk obyek wisata sejarah guna mempermudah wisatawan mengenal obyek wisata. Perlu dibuat papan petunjuk sebagai himbawan bagi wisatawan untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dalam kawasan, sehingga kelestarian lingkungan kawasan tetap terjaga.
Tabel 3 menunjukan bahwa alternatif kebijakan pengembangan produk interpretasi wisata Kota Manado harus dilakukan secara keseluruhan, baik di dalam kawasan obyek wisata maupun diluar kawasan obyek.
Tabel 3. Hasil evaluasi alternatif kebijakan.
No Alternatif Kebijakan Nilai Urutan
1. Pengembangan produk interpretasi di dalam kawasan 10,784 II
2. Pengembangan produk interpretasi keseluruhan 10,788 I
3. Pengembangan produk interpretasi di luar kawasan 9,841 III
Simpulan
1. Interpetasi sangat penting dikembangkan untuk meningkatkan daya saing kawasan wisata Kota Manado. Kota manado memiliki tiga obyek wisata darat, dua obyek wisata pantai, satu obyek wisata laut, 17 obyek wisata sejarah, 12 obyek wisata buatan, dan 12 obyek wisata seni dan budaya. Hasil penilaian potensi obyek wisata alam, memiliki nilai indeks rata-rata diatas 80%, untuk itu perlu dilakukan pengembangan dan pemanfaatan obyek secara optimal dan berkelanjutan. Hasil evaluasi alternatif kebijakan menunjukan pengembangan produk interpretasi wisata harus dilakukan secara keseluruhan, baik di dalam kawasan obyek wisata maupun diluar kawasan obyek.
2 Berdasarkan hasil penilaian potensi ODTW memiliki nilai indeks rata-rata di atas 80%, pemanfaatan keseluruhan sumber daya secara optimal perlu dilakukan dengan mengacu pada pengembangan kawasan yang berkelanjutan. Pengelolaan dan pengembangan obyek pariwisata tidak hanya terpusat pada TNB, tapi harus keseluruhan obyek wisata yang ada untuk mencegah terjadinya tingkat kejenuhan pasar. Berdasarkan hasil evaluasi alternatif kebijakan, pengembangan produk interpretasi wisata harus dilakukan secara keseluruhan baik dalam kawasan obyek wisata maupun diluar kawasan.
Daftar Pustaka
Cabrini, L., 2002. Danish Tourist Board’s Autumn Conference. 13 November 2002. Nyborg, Denmark. Regional Representative for Europe. World Tourism Organisation. Denmark. www.world.tourism.org [24 Mei 2006].
Gunn, C. A., 1994. Tourism Planning. Basics, Concepts, Cases.
Kasali, R., 2004. SOS Daya Saing Pariwisata Indonesia. Liputan khusus Kompas 23 September 2004. Jakarta. Hlm. 37 (kolom 1-9).
Kusmayadi, 2004. Statistik Pariwisata Deskriptif. Gramedia. Jakarta.
Ma’arif, M. S., & H. Tanjung, 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif Untuk Manajemen. Penerbit Grasindo, Jakarta.
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, 2002. Kriteria Standar Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (Analisis daerah Operasi). Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar