ISSN : 1978-452X

JURNAL EKOWISATA Memublikasisikan tulisan hasil-hasil penelitian dan pemikiran yang berhubungan kepariwisataan, sekaligus mendorong upaya-upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan berkelanjutan.

Selasa, 12 April 2011

Analisis Pengembangan Obyek Wisata Pantai Malalayang Manado

Oktavianus Lintong
(Politeknik Negeri Manado)



Abstract
In principle, the use of coastal zone must be done with matured planning, covering economic and ecology aspect. Hence, this research aims to analyze developmental tourism in around of coastal of Malalayang Manado. Data collected with Documentation and Observation method. And then, those are analyzed by SWOT Analysis Method. This research recommend, government require to arrange coastal tourism of Malalayang, fixed maintaining it as coastal tourism area which have the character of open access, but arranging and controlling its exploiting. According of Economics-Resources perspective, coastal management of Malalayang as object of tourism better is arranged as state-property rights.

Kata kunci: Analisis, Objek wisata, Malalayang



Pendahuluan
Salah satu karakteristik kota pantai ialah adanya kompleksitas pemanfaatan ruang pantai. Ruang pantai dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan tujuan. Awalnya dimanfaatkan untuk pemukiman, terutama oleh komunitas yang sebagian besar aktivitasnya berhubungan dengan laut. Dimana-mana, suatu komunitas mencari tempat bermukim yang dekat dengan aktivitas sehari-harinya. Begitu pula dengan komunitas yang sehari-hari beraktivitas di laut dan pesisir, misalnya nelayan atau petambak. Mereka pasti akan bermukim di dekat laut dan pesisir, sehingga termanfaatkanlah ruang pantai sebagai tempat pemukiman. Namun kemudian, sejalan dengan meningkatnya pengetahuan tentang keragaman sumberdaya yang dimiliki laut dan pesisir, maka ruang pantai mulai dimanfaatkan untuk keperluan dan tujuan lain, selain untuk pemukiman. Ketika pesisir dan laut dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial, saat itu pula ruang pesisir dimanfaatkan untuk membangun infrastruktur yang mampu menunjang eksploitasi sumberdaya ekonomi yang dimiliki laut dan pesisir. Karena itulah, dibangun pelabuhan, pusat belanja, dermaga perikanan, obyek-obyek wisata, dan infrastruktur lainnya di ruang pantai.
Namun demikian, seringkali pemanfaatan ruang pantai tidak dibarengi dengan perencanaan yang matang. Pemanfaatan ruang untuk tujuan eksploitasi sumberdaya ekonomi, tidak dilengkapi dengan perencanaan untuk mempertahankan sumberdaya alam. Akibatnya, pemanfaatan ruang pantai acapkali menimbulkan konflik pemanfaatan. Gunawan (2004) mengungkapkan bahwa pemanfaatan ruang pantai hanya berdasarkan kepentingan saja. Hal ini tercermin dari pola pemanfaatan yang berbeda-beda, menyebabkan wilayah tersebut rentan konflik. Bersamaan dengan itu, karena peningkatan populasi dan laju pemanfaatan, sumberdaya pesisir mengalami degradasi hingga mencapai kondisi yang tidak memungkinkan bagi sumberdaya alam pesisir untuk memulihkan kondisinya secara alami. Bila dibiarkan, sumberdaya pesisir sebagai penunjang kehidupan manusia, tidak dapat bertahan ketersediannya.
Mencermati persoalan tersebut, maka pemanfaatan ruang pantai harus dilakukan dengan perencanaan matang, meliputi aspek ekonomi dan ekologi. Memang benar bahwa sumberdaya ekonomi yang dimiliki pesisir dan laut harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi pemanfaatan tersebut haruslah dengan cara dan teknik yang mampu mempertahankan sumberdaya alam yang dikandungnya. Dengan demikian, usaha eksploitasi terhadap suatu sumberdaya, tidak serta-merta mematikan sumberdaya yang lain.
Melakukan analisis terhadap pengembangan suatu kegiatan di ruang pantai adalah salah satu cara melakukan perencanaan matang terhadap pemanfaatan ruang tersebut. Dengan analisis, dapat diketahui sejauh mana keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh, akan sebanding dengan manfaat ekologi yang hendak diterima suatu ekosistem. Analisis dilakukan dengan prinsip bahwa sebesar-besarnya keuntungan ekonomi tidak akan sebanding dengan sekecil-kecilnya kerusakan ekologi. Sebab, keuntungan ekonomi terbesar dari suatu pemanfaatan ruang pantai adalah bagaimana membuat suatu kegiatan memberi dampak sekecil-kecilnya terhadap sumberdaya alam yang tersedia di pesisir dan laut. Dengan kata lain, pemanfaatan terbaik adalah mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat sustainable development.
Karena itulah, penelitian ini bertujuan melakukan analisis terhadap pengembangan obyek wisata pantai di Malalayang Manado. Analisis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang dapat diterima masyarakat dengan adanya pengembangan obyek wisata tersebut. Di samping itu, untuk mendapatkan gambaran sejauh mana pengaruh pengembangan terhadap pemanfaatan ruang pantai, khususnya sumberdaya alam yang ada di dalamnya, mengingat ruang pantai di Malalayang masih bersifat open access.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perencanaan dan pengembangan wisata pantai di kota Manado, khususnya wisata pantai yang sifatnya murah dan masal. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran untuk penataan ruang kawasan pesisir kota Manado, sehingga pemanfaatan ruang pantai tidak menimbulkan konflik.


Metode Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di pantai Malalayang, tepatnya di areal yang disebut Kiaeng-Kolongan. Lokasi tersebut adalah pantai yang menyusur mulai dari depan terminal Malalayang sampai di batas kota Manado. (Gambar 1)









Metode Pengumpulan Data
Data-data dikumpulkan dengan metode Dokumentasi dan Observasi. Pengumpulan data dilakukan selama 6 bulan (Januari – Juni 2008). Data-data yang dikumpulkan, kemudian diolah menjadi tampilan Hasil Penelitian dalam 16 variabel data (Jumlah Pengunjung, Biaya Dikeluarkan Pengunjung, Jumlah Penjual, Pendapatan Penjual, Keamanan, Kenyamanan, Keindahan, Kebersihan, Atraksi Wisata, Kondisi Pantai, Keberadaan Terumbu Karang, Keberadaan Lamun, Keberadaan Mangrove, Biota Atraktif, Rencana Pemerintah, dan Persepsi Masyarakat.
Analisis Data
Data-data dianalisis dengan metode analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan obyek. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti 2006).

Hasil dan Pembahasan
Hasil pengolahan data, dan analisis SWOT terhadap data-data tersebut, ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Data dan Analisis SWOT Hasil Penelitian
Variabel Data Hasil Analisis
Strengths (S) Weakness (W) Oppotunities (O) Treaths (T)
Jumlah pengunjung / minggu (orang) 1652 √
Biaya dikeluarkan pengunjung / orang (Rp) 9000 √
Jumlah penjual (kelompok) 68 √
Pendapatan penjual / minggu (ribu rupiah) 300 √
Keamanan baik √
Kenyamanan sedang √ √
Keindahan kurang √
Kebersihan sedang √
Atraksi wisata tak ada √ √
Kondisi pantai berbatu √
Keberadaan terumbu karang tak ada √
Keberadaan lamun tak ada √
Keberadaan mangrove tak ada √
Biota atraktif tak ada √
Rencana pemerintah ada √ √
Persepsi masyarakat sedang √ √

Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 1, nyata bahwa obyek wisata pantai Malalayang semata-mata sebagai tempat istirahat, bermain, mandi, dan bersantai saja. Tidak ada minat khusus yang dapat ditawarkan obyek wisata tersebut, sebab tidak ada ekosistem penting dan biota atraktif yang dapat ditawarkan sebagai atraksi wisata minat khusus. Obyek wisata pantai Malalayang tidak menyuguhkan keindahan bawah laut, sehingga pengunjung tidak dapat ditawarkan untuk melakukan diving dan snorkling. Tidak ada pula fishing ground, sehingga tidak dapat dikembangkan wisata memancing di obyek tersebut. Poin-poin tersebut diidentifikasikan sebagai kelemahan obyek wisata pantai Malalayang. Ditambah lagi dengan tidak adanya atraksi wisata yang ditampilkan oleh masyarakat setempat. Masyarakat sekitar obyek hanya memanfaatkannya sebagai lokasi berjualan, dengan menawarkan bahan-bahan makanan dan minuman ke pengunjung.
Namun demikian, pengunjung obyek wisata ini relatif banyak. Dalam rentang waktu penelitian, berhasil dihitung jumlah rata-rata pengunjung dalam seminggu yaitu sebanyak 1652 orang. Namun demikian, jumlah ini dianggap paling minimal, sebab dihitung secara sederhana dengan mencacah pengunjung yang ada di sepanjang pantai. Cara ini dilakukan karena tidak ada sistem penarikan karcis pengunjung di tempat tersebut. Kunjungan terbanyak biasanya pada hari Sabtu, Minggu, dan hari-hari libur. Rata-rata sebanyak 590 orang. Sedangkan pada hari-hari lainnya, jumlah pengunjung dapat mencapai 100 orang. Fakta tersebut dapat dianggap sebagai peluang pengembangan obyek wisata ini.
Mengapa obyak wisata pantai Malalayang banyak dikunjungi? Padahal, tidak ada ekosistem dan biota atraktif di obyek tersebut. Sepanjang pantai terdiri atas bebatuan, bahkan di zona subtidal didominasi pasir yang miskin biota. Tidak ada biota yang dapat menjadi ciri khas obyek. Lebih dari itu, teridentifikasi bahwa kebersihan dan keindahan obyek belum diperhatikan sepenuhnya, baik oleh pengunjung maupun penjual di obyek tersebut. Apalagi tidak ada pihak yang dapat dianggap sebagai pengelola yang jelas dan berkekuatan hukum. Kenyamanan obyek dan sekitarnya juga masih dianggap sebagai faktor kelemahan, bahkan ancaman terhadap pengembangan obyek. Pada hari-hari padat pengunjung, lalu lintas sepanjang jalur obyek wisata menjadi macet. Belum ada penantaan parkir yang baik, dan dalam beberapa kali pengamatan, kondisi tersebut rawan menimbulkan kecelakaan. Tetapi, faktor-faktor tersebut tidak mengurangi minat orang untuk berkunjung. Ternyata, satu-satunya alasan minat pengunjung ialah obyek tersebut murah dan mudah dijangkau. Rata-rata pengunjung hanya mengeluarkan sembilan ribu rupiah saja, untuk dapat menjangkau dan menikmati obyek wisata. Obyek wisata murah masih menjadi pilihan banyak wisatawan. Hal ini dapat dipahami, karena pengunjung di obyek wisata pantai Malalayang dapat dikatakan semuanya adalah wisatawan lokal, yang tidak mementingkan special interest, tapi semata-mata mencari kegiatan lain di luar rutinitas, tanpa harus membebani keuangan mereka. Karena itu mereka cenderung mencari obyek wisata yang murah tapi ramai pengunjung. Karakter ini berbeda dengan kebanyakan wisatawan mancanegara, yang lebih mementingkan wisata minat khusus, meskipun harus mengeluarkan biaya yang banyak.
Keberadaan penjual di lokasi wisata dapat dianggap sebagai kekuatan sekaligus peluang pengembangan. Obyek wisata dapat menjadi tempat mencari nafkah bagi masyarakat. Dengan demikian, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar obyek wisata. Dalam kondisi sekarang yang penuh dengan keterbatasan pun, para penjual rata-rata dapat mengambil keuntungan sebanyak tiga ratus ribu rupiah setiap minggu. Apalagi jika obyek ini dikembangkan secara optimal, dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, pasti masyarakat sekitar dapat memperoleh manfaat yang lebih besar lagi.
Faktor lain yang dapat diidentifikasi sebagai peluang pengembangan ialah rencana pemerintah kota dan persepsi masyarakat. Dari hasil studi dokumentasi, ditemukan bahwa ada rencana pemerintah kota Manado untuk menata kawasan pantai Malalayang (termasuk lokasi penelitian) menjadi kawasan wisata pantai. Mungkin karena ada rencana itulah, berdasarkan pengamatan di lapangan, di depan pantai Malalayang ditempatkan papan petunjuk yang bertuliskan ”Lokasi Wisata Pantai Malalayang”. Papan petunjuk tersebut dipasang oleh pemerintah kota. Bila rencana tersebut direalisasikan untuk tujuan penataan dan peningkatan infrastruktur kawasan, maka rencana tersebut menjadi faktor peluang pengembangan. Sebab, setidaknya, dengan adanya penataan dan peningkatan infrastruktur, faktor kebersihan, kenyamanan, dan keindahan, yang sebelumnya merupakan kelemahan obyek wisata ini, akan berubah menjadi kekuatan yang dapat meningkatkan kapasitas sebagai obyek wisata yang layak dijual. Pada akhirnya, masyarakat sekitar menerima manfaat dari rencana pemerintah tersebut. Sebab itu pula, persepsi masyarakat menjadi positif terhadap rencana pengembangan wisata pantai yang hendak dilakukan pemerintah di kawasan Malalayang.
Namun bila rencana pengembangan berarti pemberian hak penuh kepada sekelompok orang atau badan untuk mengelola kawasan, maka rencana pemerintah dapat diidentifikasikan sebagai ancaman pengembangan. Sebab satu-satunya kekuatan obyek wisata pantai Malalayang adalah karena obyek tersebut murah dan mudah dijangkau. Setidaknya karena obyek tersebut masih bersifat open access, dan mungkin hanya satu-satunya yang masih tersisa di kota Manado. Karena itu, bila akhirnya pengelolaan kawasan diberikan hak penuh pada perorangan atau badan, maka sifat open access menjadi hilang, dan karena itu rencana pemerintah justru menjadi persepsi negatif bagi masyarakat. Sosialisasi yang kurang memadai, dan informasi yang simpang siur mengenai rencana pengembangan oleh pemerintah, membentuk pendapat sebagian besar penjual (masyarakat pengguna obyek), bahwa penataan kawasan tidak lebih sebagai penggusuran dan penghilangan hak-hak mencari nafkah di obyek wisata.


Simpulan dan Saran
Simpulan
1. Pengunjung obyek wisata pantai Malalayang relatif banyak, karena obyek tersebut satu-satunya kawasan wisata pantai yang murah dan mudah dijangkau di kota Manado.
2. Banyak masyarakat sekitar yang mandapatkan manfaat dari keberadaan obyek wisata pantai Malalayang.
3. Kenyamanan, keindahan, kebersihan, dan atraksi wisata, di obyek wisata pantai Malalayang masih perlu ditingkatkan.
4. Rencana pemerintah untuk pengembangan obyek wisata pantai Malalayang masih simpang siur, sehingga persepsi masyarakat pengguna menjadi negatif.
Saran
Pemerintah perlu menata obyek wisata pantai Malalayang, dengan tetap mempertahankannya sebagai kawasan wisata pantai yang bersifat open access, tetapi mengatur dan mengendalikan pemanfaatannya. Dalam perspektif ekonomi sumberdaya, pengelolaan pantai Malalayang sebagai obyek wisata sebaiknya diatur sebagai hak kepemilikan negara (band. Fauzi, 2006). Artinya, pemerintah mengatur pemanfaatan, dan karenanya bertanggung jawab pula terhadap penataannya. Namun demikian, pemerintah memberi keleluasaan bagi masyarakat untuk memanfaatkannya, dengan ketentuan-ketentuan yang jelas, sebagai upaya mempertahankan kelangsungan sumberdaya yang tersedia.



Daftar Pustaka
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Dahuri,R., Rais,J., Ginting,S.P. dan M.J.Sitepu, 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. PT Pradnya Paramitha, Jakarta.
Darsoprajitno,H.S, 2002. Ekologi Pariwisata. Tata Laksana Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata. Penerbit Angkasa, Bandung.
Fauzi, A., 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gunawan, T., 2004. Konsep Perencanaan Konservasi dalam Menata Ruang Darat-Laut Terpadu. Tulisan dalam Buku Menata Ruang Laut Terpadu. Penerbit PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Rangkuti, F., 2006. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

1 komentar:

  1. boleh saya minta file aslinya....
    untuk penelitian tugas akhir.,bisa kirim ke email use_pauwah@yahoo.com
    tolong bantu saya dalam penyelesaian tugas akhir yang sementara berjalan.
    terima kasih.

    BalasHapus