ISSN : 1978-452X

JURNAL EKOWISATA Memublikasisikan tulisan hasil-hasil penelitian dan pemikiran yang berhubungan kepariwisataan, sekaligus mendorong upaya-upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan berkelanjutan.

Kamis, 03 Maret 2011

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN


Barno Sungkowo
(Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Manado)

Abstract

The rapid development of tourism has also simultaneously cause unwanted changes in natural resources, environment and local communities. Negative impacts often appear as a continued impact of tourism development that is not planned properly and correctly. For that, tourism planning is very important in the development and success of tourism as well as to minimize negative impacts or problems that will arise. With good planning for tourism, tourism development is expected to be useful for improving human welfare and environmental sustainability.

PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan salah satu sektor penunjang pembangunan nasional yang mengalami pertumbuhan tercepat dan pesat di dunia. Berdasarkan pusat data internasional Departemen. Pariwisata dan Kebudayaan 2006 dalam Nirwandar (2006), pariwisata internasional pada tahun 2004 mencapai kondisi tertinggi sepanjang sejarah dengan mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar US$ 623 miliar. Sebagai sektor penunjang pembangunan nasional, pariwisata berfungsi meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti devisa negara, menumbuhkan banyak peluang ekonomi skala kecil dan menengah, pencipta lapangan kerja, sebagai katalis untuk pengembangan sektor-sektor ekonomi lain seperti perikanan, pertanian kehutanan dan manucfacturing, serta dapat meningkatkan upaya menjaga dan memperbaiki lingkungan.
Perkembangan pariwisata yang pesat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya aksessibilitas berupa transportasi udara yang memberikan kemudahan antar negara serta adanya kecenderungan wisatawan untuk mengunjungi destinasi yang masih alami, bebas polusi dan kerusakan sumberdaya alam (Gunn, 1994). Menurut Mathieson dan Wall 1982 dalam Gunn 1994, pariwisata adalah perpindahan atau perjalanan orang secara temporer dari tempat mereka biasanya bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan dalam perjalanan atau di tempat tujuan.
Perkembangan pariwisata yang sangat pesat secara bersamaan juga telah menimbulkan perubahan yang tidak diinginkan pada sumberdaya alam, lingkungan dan masyarakat lokal misalnya pembukaan kawasan yang tidak efisien, pembangunan jalur transportasi yang tidak efisien, perubahan sosial budaya masyarakat dan lain-lain. Dampak negatif tersebut sering muncul sebagai dampak lanjutan dari pengembangan pariwisata yang tidak direncanakan secara tepat dan benar. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Smith (1992) dalam Gunn (1994). Menurut Mangkudilaga (2001), pencemaran pantai, erosi dan kerusakan pantai, gangguan budaya, dan dominasi wisatawan pada areal pantai adalah beberapa perubahan yang terjadi pada pengembangan pariwisata di pantai tropis yang tidak terencana. Pariwisata sebagai industri harus benar-benar mempunyai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik, sehingga dampak negatif dari pariwisata dapat ditoleransi (Mangkudilaga, 2000). Menurut Inskeep (1991), perencanaan pariwisata (planning for tourism) adalah penting untuk perkembangan dan keberhasilan pariwisata serta dapat meminimalisasi dampak negatif atau problem yang akan muncul. Kenyataan tersebut merupakan satu tantangan yang dihadapi para stakeholder yang berkeinginan untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan.


PERENCANAAN WISATA
Perkembangan atau pembangunan pariwisata disebabkan karena bermacam-macam alasan (various reasons), namum tujuan utamanya menurut Mangkudilaga (2000) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti pertukaran uang (foreign exchange) untuk pariwisata internasional, meningkatkan pendapatan (income), pekerjaan (employment) dan pendapatan pemerintah. Selain itu pariwisata juga sebagai katalisator untuk perkembangan sektor ekonomi lain seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan manucfacturing serta berguna meningkatkan kebutuhan ekonomi masyarakat (community). Pariwisata juga dapat melindungi/menjaga (conservation) sumberdaya yaitu lingkungan dan budaya (cultural heritage). Umumnya pariwisata mencakup rekreasi (recreational), budaya, fasilitas komersil dan jasa untuk digunakan oleh wisatawan dan juga masyarakat dimana tanpa unsur-unsur tersebut pariwisata mungkin tidak bisa berkembang. (Sekartjakrarini, 2004). Pariwisata juga mencakup unsur pendidikan (education), dimana pembelajaran lingkungan dan budaya sebagai milik dunia (own national heritage) serta perbedaan ideologi dan politik.
Bagaimanapun pariwisata dapat juga menimbulkan bermacam-macam problem seperti kehilangan/kerugian keuntungan ekonomi (the loss of potential economic benefits), penyimpangan (distortion) ekonomi lokal, degradasi lingkungan, kehilangan identitas dan integritas budaya, kurang pemahaman budaya (cross-cultural misunderstandings) dan problem lainnya. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan benefits dari tourism dan mencegah (prevent or mitigate) problem yang dapat muncul maka perencanaan dan manajemen pariwisata merupakan hal essential (penting) dilakukan (Inskeep, 1991). Umumnya planning for tourism sangat penting mencakup planning untuk tipe-tipe pembangunan untuk kesuksesn tourism dan mencegah munculnya problem. Tujuan tourism dapat diperoleh/dicapai lebih efektif jika direncanakan secara hati-hati (carefully) dan diintegrasikan kedalam rencana dan program pembangunan negara atau daerah (the country’s total development plan and program).
Tujuan Perencanaan Wisata
Inskeep (1991), menyatakan secara khusus tourism planning sangat diperlukan karena alasan-alasan sebagai berikut:
o Aktifitas pariwisata modern secara relatif masih merupakan jenis baru (new type) di banyak area, beberapa pemerintahan dan private sector atau kurang berpengalaman dalam mengembangkan pariwisata. Tourism planning dan program pembangunan dapat memberikan/merupakan petunjuk untuk pembangunan/perkembangan pariwisata.
o Pariwisata merupakan sektor yang kompleks (complicated), multisektoral, dan fragmented activity meliputi sektor lain seperti pertanian, perikanan dan manucfacturing, sejarah, taman (park) dan rekriasi utama, fasilitas dan layanana masyarakat, transportasi dan infrastruktur lainnya. Koordinasi perencanaan dan proyek pembangunan adalah penting untuk menjamin/memastikan bahwa semua elemen yang dikembangkan diintegrasikan untuk menyediakan kebutuhan umum (general needs) tourism.
o Pariwisata secara essensial harus menjual suatu produk pengalaman khusus yang digunakan wisatawan terdiri dari fasilitas dan jasa, yang harus disesuaikan antara pasar wisatawan (tourist market) dan produk meskipun tanpa proses perencanaan namun harus disesuaikan/persetujuan (compromising) antara tujuan lingkungan dan sociocultural pada permintaan pada (market demand).
o Tourism dapat memberikan economic benefits baik secara langsung dan tidak langsung yang dapat dioptimalkan melalui perencanaan yang hati-hati (careful) dan terintegrasi. Tanpa planning benefits mungkin tidak optimal dan menimbulkan problem ekonomi.
o Tourism dapat menimbulkan berbagai sociocultural benefits dan problems. Planning dapat digunakan sebagai proses untuk mengoptimalkan keuntungan dan mencegah atau memperkecil/mengurangi (lessening) problem dan khususnya menentukan kebijakan pengembangan tourism yang baik untuk menghindari sociocultural problem dan pemanfaatan/penggunaan tourism sebagai pencapaian tujuan konservasi budaya.
o Pembangunan atraksi, fasilitas dan infrastruktur dan perpindahan turis umumnya memberikan dampak positif dan negatif pada lingkungan fisik. Planning yang hati-hati diperlukan untuk menentukan tipe optimun dan level tourism yang tidak akan menghasilkan degradasi lingkungan dan pemanfaatan/penggunaan tourism sebagai pencapaian tujuan konservasi lingkungan.
o Tipe pembangunan harus dipertanggungjawabkan, termasuk keberlanjutan tourism. Tipe planning yang benar dapat menjamin/memastikan (ensure) bahwa sumberdaya alam dan budaya tourism untuk jangka waktu yang tidak terbatas dan tidak mengalami kerusakan atau degradasi dalam proses pembangunan.
o Beberapa tipe pembangunan modern, bentuk-bentuk perubahan tourism melalui waktu, perubahan trend pasar dan keadaan/faktor lain (other circumstances). Planning dapat digunakan untuk menatar (upgrade) dan merevitalisasi keadaan yang tertinggal (existing outmoded) atau pengembangan tourism di area yang kurang baik/jelek (badly) dan melalui proses planning area tourism baru dapat direncanakan mengikuti fleksibilitas pambangunan di masa yang akan datang (future flexibility of development).
o Perkembangan/pembangunan tourism memerlukan manpower skills dan kapabilitas pendidikan dan pelatihan yang harus disiapkan. Diperlukan manpower untuk careful planning dan program pada beberapa kasus yang berkembang khususnya fasilitas pelatihan.
o Diperlukan struktur organisasi khusus untuk mengontrol pencapaian tourism development, strategi pemasaran dan program promosi, peraturan dan perundang-undangan dan fiscal yang komprehensif dan diintegrasikan dalam proses planning yang berhubungan kebijakan tourism dan pembangunan.
o Planning memberikan dasar rasional untuk tahapan pembangunan dan proyek pemmograman, yang penting public dan private sector untuk panning investasinya.
Kriteria Perencanaan Pengembangan Pariwisata
Menurut Inskeep (1991), perencanaan pengembangan kawasan pariwisata, harus memenuhi sejumlah kriteria untuk memastikan kelayakan rencana (validitas) tersebut . Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
o Berkesinambungan, inkremental dan lentur. Antara tahapan (rencana implementasi) satu dengan yang lain saling berkesinambungan. Hasil yang dicapai tahapan sebelumnya berfungsi sebagai landasan atau titik tolak bagi rumusan rencana tahap berikutnya dan apa yang akan dicapai pada tahap berikutnya harus lebih baik dan lebih banyak dibanding tahap sebelumnya.
o Komprehensif. Semua komponen (pengembangan) pariwisata dan implikasi terhadap lingkungan dan ekonomi, dianalisis dan direncanakan secara terpadu (pendekatan holistik).
o Terintegrasi. Rencana haruslah terintegrasi ke dalam rencana kawasan lainnya, kebijakan pembangunan daerah (RTRW) dan terintegrasi dengan rencana sektor-sektor kegiatan lainnya.
o Orientasi pada pembangunan berkelanjutan. Rencana harus menjangkau kurun waktu panjang atau mempunyai visi jauh kedepan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, social, ekonomi, budaya dan antar generasi.
o Pelibatan dan keterlibatan masyarakat. Proses perencanaan harus mampu mengajak dan merangsang masyarakat untuk lebih berdaya.
o Realistis dan layak implementasi. Rencana yang disusun harus membumi, yaitu dikaitkan dengan ketersediaan sumber-sumberdaya pembentuk produk dan kemampuan sumber-sumberdaya untuk mendukung implementasi rencana.
o Aplikasi proses perencanaan yang sistematik. Output yang diperoleh melalui suatu proses yang sistematik disesuaikan dengan tujuan awal.
Komponen Supply dan Demand Tourism
Menurut Gunn (1994), perencanaan pengembangan pariwisata di tentukan oleh kesimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang dimiliki (supply) dan minat wisatawan (demand). Komponen supply terdiri dari potensi atraksi (keindahan alam dan budaya), transportasi (aksessibilitas), pelayanan, informasi dan promosi (Gambar 1). Sedangkan komponen demand terdiri dari pasar dan motivasi wisatawan.











Gambar 1. Komponen Suplai (Gunn, 1994)
Atraksi merupakan komponen wisata terkuat (energizing power) dari sisi suplai. Atraksi merupakan hasil pengembangan atau pengelolaan lokasi atau program, untuk kepentingan, aktifitas, dan kenyamanan pengunjung. Atraksi sangat bergantung pada sumber daya alam dan budaya yang berfungsi menarik wisatawan (pengunjung) dan memberikan kepuasan bagi pengunjung. Inskeep (1991), komponen atraksi sumberdaya alam diantaranya iklim, scenic beauty, kawasan pantai dan laut, flora dan fauna, ciri khas lingkungan yang unik (special environmental features), kawasan konservasi dan taman nasional. Sedangkan atrakasi budaya antara lain archaeological, historical and cultural sites, pola budaya khusus (distinctive cultural patterns), seni dan kerajinan (arts dan handicrafts), aktifitas ekonomi, interesting urban areas, museum dan fasilitas budaya lainnya dan festival budaya.
Tahapan Proses Perencanaan Wisata
Tahapan proses perencanaan menurut Inskeep (1991) adalah sebagai berikut:
1. Persiapan (Study preparation).
2. Penentuan tujuan dan sasaran pembangunan.
3. Survei. Survei dan inventarisasi keadaan (existing situation) dan karekteristik kawasan.
4. Analisis dan sintesis. Analisis informasi survei dan sintesis analisis yang memberikan dasar untuk formulasi perencanaan dan rekomendasi.
5. Formulasi perencanaan. Formulasi kebijakan pembangunan dan rencana fisik, khususnya persiapan dasar (based on preparation) dan evaluasi alternatif kebijakan dan perencanaan.
6. Rekomendasi.
7. Implementasi.
8. Monitoring.
Sedangkan proses perencanaan pengembangan pariwisata dengan pendekatan lingkungan tertera pada Gambar berikut :
Tahap
Proses
A.
Tujuan

B.
Survei
dan
penilaian



Survei, seleksi dan penilaian Survei penduduk dan turis. Seleksi dan
Atribut. Map significant attributes. penilaian sumberdaya. Map significant
resources.


Insignificant no further assesment Insignificant no further assesment
C.
Evaluasi

Penentuan environmental-tourism map dengan membandingkan melalui resource value.



Evaluasi melalui matriks sumberdaya Evaluasi melalui dampak lingkugan
environment-tourism dan matriks kesesuaian rekreasi.
Indikasi kecocokan
D.
Sintesis
E.
Proposal


Gambar 2 Perencanaan Pariwisata dengan Pendekatan Lingkungan (Nurisyah, 2006).
Pendekatan Perencanaan Kawasan Wisata
Hal penting dalam perencanaan kawasan wisata adalah mampu menilai potensi calon kawasan agar dapat menarik wisatawan. Manfaat perencanaan spasial kawasan wisata yaitu;
o Dapat mengurangi dampak negatif, terutama, terhadap lingkungan, dalam dan sekitar kawasan misalnya, pembukaan kawasan yang tidak efisien dan baik yang menyebabkan erosi, penumpukan sampah, pencemaran lainnya.
o Dapat menghindari pembangunan jalur transportasi yang tidak efisien dan berbahaya serta tidak menyajikan bentang alam (view) dengan visual yang tertata baik .
o Merupakan salah satu solusi alternatif untuk mengembangkan suatu kawasan yang akomodatif terhadap peluang kepariwisataan (lokal dan regional), kepuasan pengunjung, kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan dan juga mengendalikan dan melestarikan lingkungannya.
o Kegiatan pariwisata awalnya tidak menimbulkan implikasi masalah spasial, namun multiplier effect yang dimiliki industri pariwisata cukup tinggi, sehingga menimbulkan banyak masalah spasial bila tidak dikendalikan sejak awal.
o Pemanfaatan ruang atau wilayah yang tidak teratur akan berpengaruh pada aspek fisik dan visual alami. Dalam jangka panjang, mempengaruhi pula aspek ekonomi dan sosial wilayah tersebut.
Dapat dinyatakan bahwa pariwisata dan pembangunan berkelanjutan merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebab itu strategi spasial pengembangan pariwisata harus memperhatikan juga keterkaitan antar wilayah, secara ekologis dan sosial. Selain itu persyaratan subyek dan masalah yang harus ditangani dalam pengembangan kawasan wisata berkelanjutan mencakup:
o Nilai-nilai yang harus dilindungi: nilai biologi, nilai-nilai habitat, nilai-nilai keindahan serta nilai warisan budaya.
o Panduan konstruksi yang terbaik: meminimunkan pembukaan bentang alam, pemeliharaan cara penyaluran, gangguan terhadap tanah yang minimal, cara pencegahan munculnya tanaman eksotik dan penyakit, pembatasan area dengan lingkungan yang dilindungi, cara memperlakukan vegetasi yang telah dibuka dan prosedur pemugaran.
o Manajemen limbah dengan cara yang menarik dengan menghindari polusi pada badan air, pengelolaan sampah, dampak minimum pengolahan limbah cair, peraturan pembuangan sampah padat serta daur ulang sampah.
o Pelatihan staf: pelatihan pendahuluan, pelatihan pengawasan, pengawasan, jaminan mutu dan cara melaporkan
o Partisipasi masyarakat: pendekatan pendidikan, pendekatan aktivitas ekonomi dan partisipasi keputusan
o Lain-lain: pengelolaan kebakaran, audit lingkungan dan penyimpanan barang berbahaya
PENUTUP
Pariwisata merupakan salah satu sektor penunjang pembangunan nasional yang berfungsi meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti devisa negara, menumbuhkan banyak peluang ekonomi skala kecil dan menengah, pencipta lapangan kerja, sebagai katalis untuk pengembangan sektor-sektor ekonomi lain seperti perikanan, pertanian kehutanan dan manucfacturing, serta dapat meningkatkan upaya menjaga dan memperbaiki lingkungan.
Pariwisata dapat juga menimbulkan bermacam-macam problem seperti kehilangan/kerugian keuntungan ekonomi, degradasi lingkungan, kehilangan identitas dan integritas budaya, kurangnya pemahaman budaya dan problem lainnya. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan benefits dari tourism dan mencegah problem yang dapat muncul maka planning for tourism merupakan hal essential yang harus dilakukan.
Untuk mendukung pengembangan kawasan pariwisata, maka perlu dilakukan studi secara lebih detil untuk pengembangan kawasan tersebut sekaligus pengembangan sarana dan prasarana pendukungnya yang diperlukan untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan sesuai dengan aspek-aspek lingkungan.
Manfaat Tourism planning :
1. Merupakan petunjuk untuk pembangunan/perkembangan pariwisata.
2. Menjamin (ensure) bahwa sumberdaya alam dan budaya tourism untuk jangka waktu yang tidak terbatas dan tidak mengalami kerusakan atau degradasi dalam proses pembangunan.
3. Digunakan untuk menatar (upgrade) dan merevitalisasi keadaan yang tertinggal (existing outmoded) dan melalui proses planning area tourism baru dapat direncanakan mengikuti fleksibilitas pambangunan di masa yang akan datang.
Dengan planning for tourism yang baik diharapkan pengembangan pariwisata dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejateraan manusia dan juga kelestarian lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning: Basis, Concept, Case. Third Edition. Taylor and Francis. Washington DC.
Inskeep, E. 1991. Tourism Planning : An Integrated and Sustainable Development Approach Van Nosttrand Reinhold, New York, U.S.A.
Mangkudilaga, S. 2000. Peran Serta Pariwisata Pengentasan Kemiskinan. Lingkungan Manejemen Ilmiah Volume 2, No. 7:9-16.
Mangkudilaga, S. 2001. Pemberdayaan Potensi Kelautan Pembangunan Pariwisata Di Indonesia. Lingkungan Manejemen Ilmiah Volume 3, No. 2:1-9.
Nirwandar, S. 2006. Pembanguan Sektor Pariwisata Di Era Otonomi Daerah. Makalah disampaikan pada acara Diskusi Pengembangan Pariwisata Bahari di Pulau-Pualu Kecil, Bogor, 23 Februari 2006.
Nurisyah, S. 2006. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata. Bahan Kuliah Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata. Institut Pertanian Bogor.
Sekartjakrarini, S. 2004. Ekowisata : Konsep Pengembangan dan Penyelenggaraan Pariwisata Ramah Lingkungan. Makalah disampaikan dalm Kuliah Umum Masalah Pembangunan dan Lingkungan di Program S3 Kelas Penyelenggaraan Khusus Kimpraswil Plus Program Studi PSL-IPB. Diselenggarakan ole Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, tanggal 1 Mei 2004. Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar