Gambaran Umum Kondisi Terumbu Karang Kawasan Reklamasi Mega Mas Manado
Oleh
Youdy J.H. Gumolili
Robert D. Towoliu
Abstract
A coral reef conditions survey in Mega Mas Manado reclamation area was using a line transect technique at 3 m depth.
The result showed that some hard coral genera recorded were Acropora, Stylophora, Seriatopora, Lobophyllia, Millepora, Fungia and Favia. Beside that, encrusting coral, sub massive coral and Acropora tabulate was dominated the coral growth type, but also found foliose and branching coral.
In general, the category of coral reef conditions in mega mas manado reclamation area is “fair category” and the coral reef percent cover are 40.12 %. Average of biodiversity index coral reef were below on 0.75, density relative encrusting coral more hight than the others, mean length of colony Acropora more hight than encrusting and sub massive coral and mortality index hard coral in this area very small.
The degradation in the coral reef condition is mostly caused by human activities.
Pendahuluan
Karang batu, sebagai pembentuk utama terumbu karang, hidup bersimbiosis dengan “monocelluler alga” (zooxanthellae), mempunyai peranan penting dalam penyediaan oksigen ke dalam perairan di sekitarnya melalui proses fotosintesis (Wells 1957 dalam Soekarno 1994), membantu suplai makanan bagi polip karang dan pembentukan kerangka kapur (Ditlev, 1980), sedangkan karang menghasilkan material yang mengandung fosfat dan nitrogen yang digunakan oleh alga sebagai makanannya. Terumbu karang juga berfungsi untuk melindungi dari pengaruh abrasi, sumber utama pasir pantai, sumber ekosistem pantai berbagai bahan baku makanan, sumber substansi bioaktif untuk industri kimia dan farmasi.
Sekarang ini, umumnya sumber daya terumbu karang di Indonesia mengalami tekanan pemanfaatan yang berlebihan. Pengaruh utama terhadap menurunnya kualitas terumbu karang di Indonesia adalah akibat aktivitas manusia yang berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya ini dan sebagian karena pengaruh alami. Beberapa permasalahan yang timbul saat ini di wilayah pesisir, khususnya daerah terumbu karang, disebabkan karena adanya degradasi ekosistem, kegiatan penangkapan ikan yang bersifat merusak, pencemaran dan konversi lahan untuk keperluan yang lain serta terjadinya pemutihan karang (Coral Bleaching) dan sedimentasi yang diakibatkan oleh pengerukkan, penurunan kualitas air. Kecepatan degradasi sumberdaya wilayah pesisir telah melampaui ambang batas baik dalam skala yang kecil maupun besar.
Aktivitas reklamasi disepanjang pesisir pantai Manado yang dilakukan beberapa waktu lalu serta semakin banyaknya aktifitas pembangunan yang dilakukan, dicurigai telah menyebabkan terjadi perubahan dan penurunan kualitas lingkungan perairan.
Metodologi Penelitian
Pengambilan data ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2008 di daerah terumbu karang kawasan reklamasi Mega Mall Manado. Pengambilan data karang dilakukan dengan menggunakan teknik lifeform kategori (line intercept transect) (Anonimous, 1993), dengan ukuran transek sepanjang 50 m yang diletakkan sejajar dengan garis pantai disepanjang permukaan batu reklamasi dengan menggunakan scuba yang dibagi pada tiga stasiun lokasi penelitian. Peneliti menyelam sepanjang garis transek dan setiap biota yang dilewati transek dicatat menurut kategorinya. Dari data tersebut akan diketahui persentase tutupan, keanekaragaman, indeks kepadatan relatif, rata-rata panjang koloni dan indeks kematian karang batu.
Hasil Pengamatan
Secara keseluruhan terumbu karang di daerah ini (kawasan Mega Mas) telah membentuk daerah terumbu karang yang cukup baik. Beberapa jenis karang Acropora sp. dengan berbagai bentuk pertumbuhan telah berkembang dengan baik. Karang-karang yang bertumbuh di daerah ini umumnya lebih didominasi oleh karang dari suku Acroporidae (Acropora dan Montipora) dan Pocilloporidae (Pocillopora) serta beberapa koloni dari suku Faviidae. Umumnya bentuk pertumbuhan karang daerah ini didominasi oleh karang-karang encrusting (merayap), karang submassive dan karang berbentuk meja (Acropora tabulate), tetapi ada juga yang berbentuk foliose (daun) dan bercabang yang tersebar sampai didasar perairan.
Di daerah ini juga terlihat beberapa genus karang seperti Plerogyra, Montipora, Pocillopora, Acropora, Stylophora, Seriatopora, Lobophyllia, Millepora, Fungia dan Favia. Namun ada juga beberapa jenis lainnya akan tetapi sulit untuk diidentifikasi karena koloni karangnya yang masih kecil.
- Persentase Tutupan Karang Batu
Pada tabel 1 gambar 2 terlihat kisaran persentase tutupan karang batu adalah 24,08 – 43,8 %. Persentase tutupan karang batu tertinggi pada stasiun 2 (52,48 %) sedangkan stasiun 1 sebesar 43,8 % dan stasiun 3 sebesar 24,08 %.
Tabel 1. Persentase Tutupan Komponen Biotik dan Abiotik Penyusun Daerah Terumbu Karang Kawasan Mega Mas Berdasarkan Life Form Report.
Komponen Terumbu Karang Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Komponen Biotik
Karang Batu 43,8 52,48 24,08
Alga 1,08 2,48 0,16
Karang Lunak 0 0 0
Sponge 0,24 0 0
Fauna Lain 2,72 0 1,24
Jumlah 47,84 54,96 25,48
Komponen Abiotik
Karang Mati dan Karang Mati Alga 3,32 0,68 0,48
Batu, pasir, lumpur, air, kerikil 48,84 44,36 74,04
Jumlah
52,16 45,04 74,52
Gambar 1. Histogram Persentase Tutupan Karang Batu di Kawasan Mega Mas
Untuk stasiun 1, persentase tutupan bentuk pertumbuhan karang batu dari yang paling tinggi adalah Acropora branching (14,68 %), karang submassive (12,40 %), Karang encrusting (8,56 %), Acropora tabulate (6,64 %), Acropora digitate (1,32 %) dan karang massive (0,20 %). Untuk stasiun 2, persentase tutupan bentuk pertumbuhan karag batu dari yang paling tinggi adalah Acropora tabulate (26,40 %), Karang encrusting (17,28 %), Acropora branching (6,40 %), karang bercabang (0,60 %), karang massive (0,52 %), mushroom coral (0,40 %), karang submassive (0,36 %), Acropora digitate (0,28 %) dan karang foliose (0,24 %). Untuk stasiun 3, persentase tutupan bentuk pertumbuhan karang batu dari yang paling tinggi adalah karang encrusting (10,80 %), karang submassive (5,52 %), Acropora branching (4,44 %), Acropora tabulate (1,36 %), Acropora digitate (0,92 %), karang bercabang (0,52 %), karang foliose (0,40 %) dan karang massive (0,12 %).
Yap dan Gomez (1984) dalam Lalamentik (1991) mengkategorikan terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang hidup sebagai berikut: Sangat baik (75-100 %), baik (50-74,9 %), cukup (25-49,9 %) dan buruk (0-24,9 %). Berdasarkan kategori persentase tutupan karang batu yang dikemukakan oleh Yap dan Gomez dalam Lalamentik (1991) maka kondisi terumbu karang stasiun 1 berada pada kategori “cukup”, stasiun 2 berada pada kategori “baik” dan stasiun 3 berada pada kategori “buruk”. Secara umum persentase tutupan karang batu kawasan reklamasi Mega Mas sebesar 40,12 % dan berada pada kategori “cukup”. Buruknya terumbu karang di stasiun 3 lebih dikarenakan koloni karang batu belum banyak yang mendiami daerah ini. Selain itu juga hal ini dimungkinkan terjadi karena letaknya yang sangat dekat dengan muara sungai sehingga sedimentasi dan salinitas perairan berpengaruh terhadap pembentukan koloni karang batu. Kematian karang batu untuk daerah ini masih relatif kecil dimana untuk stasiun 1 hanya 3,32 %; stasiun 2 sebesar 0,68 % dan stasiun 3 sebesar 0,48 %. Faktor lain yang juga menunjang pertumbuhan karang batu di daerah ini adalah keadaan perairannya yang relatif tenang (kecuali musim angin barat) karena berada di dalam teluk Manado sehingga gempuran ombak relatif kecil.
- Indeks Keanekaragaman Karang Batu
Dari gambar 3 terlihat bahwa indeks keanekaragaman dari karang batu kawasan Mega Mas yang rata-rata dibawah 0,75 menunjukkan kurangnya keanekaragaman karang batu di daerah ini. Stodart dan Johnson dalam Sutarna (1991) menyatakan bahwa terumbu karang yang mempunyai indeks keanekaragaman karang batu 0,5 – 0,75 tergolong cukup produktif; 0,75 – 1,00 tergolong produktif dan lebih besar dari 1,00 tergolong sangat produkti. Sehingga dapat dikatakan bahwa karang batu kawasan Mega Mas masuk pada kategori “cukup produktif”. Dari ketiga stasiun penelitian, keanekaragaman karang batu paling tinggi pada stasiun 1 dan terendah di stasiun 2.
Gambar 2. Indeks Keanekaragaman Karang Batu
- Indeks Kepadatan Relatif Karang Batu
Tabel 2. Indeks Kepadatan Relatif Karang Batu
No Bentuk Pertumbuhan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1. ACB 20,12 16,05 23,61
2. ACT 9,15 28,40 4,17
3. ACE 0 0 0
4. ACS 0 0 0
5. ACD 20,12 1,23 4,17
6. CB 0 2,47 4,17
7. CM 3,05 3,70 1,39
8. CE 26,83 41,98 38,89
9. CS 20,73 2,47 22,22
10. CF 0 1,23 1,39
11. CMR 0 2,47 0
12. CME 0 0 0
13. CHL 0 0 0
KR (%) 16,67 11,11 12,50
Kepadatan relatif karang batu kawasan Mega Mas seperti yang terlihat pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kepadatan relatif karang batu di stasiun 1 lebih tinggi dari stasiun 2 dan 3. Secara keseluruhan di ketiga stasiun kepadatan relatif karang encrusting lebih tinggi dari yang lain, kemudian diikuti oleh jenis-jenis Acropora dan selanjutnya karang sub massive. Kenyataan di lapangan memang memperlihatkan banyaknya karang yang bentuk pertumbuhan encrusting dari berbagai genus karang, selain dari yang berbentuk tabulate dan bercabang. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah ini cocok bagi planula-planula karang dalam mencari ruang untuk bertumbuh.
- Rata-Rata Panjang Koloni Karang Batu
Tabel 3. Rata-Rata Panjang Koloni Karang Batu
No Bentuk Pertumbuhan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1. ACB 11,12 12,31 6,53
2. ACT 11,07 28,70 11,33
3. ACE 0 0 0
4. ACS 0 0 0
5. ACD 11,00 7,00 7,67
6. CB 0 7,50 4,33
7. CM 5,00 4,33 3,00
8. CE 4,86 12,71 9,64
9. CS 9,12 4,50 8,63
10. CF 0 6,00 10,00
11. CMR 0 5,00 0
12. CME 0 0 0
13. CHL 0 0 0
KR (%) 8,69 9,78 7,64
Tabel 3 memperlihatkan bahwa rata-rata panjang koloni karang batu di kawasan Mega Mas yang paling tinggi pada stasiun 2 (9,78 cm) dan terendah di stasiun 3 (7,64 cm). Jenis Acropora merupakan karang yang rata-rata panjang koloninya paling besar di ketiga stasiun penelitian yang kemudian diikuti oleh karang-karang encrusting dan submassive. Rata-rata panjang koloni karang massive di ketiga stasiun paling kecil, terutama pada stasiun 3. Hal ini disebabkan oleh karena laju pertumbuhan karang massive yang pada umumnya lebih lambat dibandingkan dengan yang lain. Sedangkan jenis Acropora merupakan karang yang laju pertumbuhannya paling cepat di antara berbagai jenis karang yang ada.
- Indeks Kematian Karang Batu
Indeks kematian karang batu di kawasan Mega Mas yang diperlihatkan pada gambar 4 menunjukkan bahwa kematian karang sangat kecil. Hal ini menggambarkan bahwa perairan di daerah ini sangat cocok bagi pertumbuhan karang batu.
Indeks kematian karang batu paling tinggi pada stasiun 1 dan paling rendah pada stasiun 2. Akan tetapi jika tidak segera dilakukan tindakan perlindungan dikhawatirkan karang yang berada di daerah tersebut yang fungsi utamanya sebagai penahan gelombang akan mengalami kerusakkan. Hal ini diakibatkan oleh mulainya beberapa kelompok nelayan yang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan “soma” dampar. Selain itu juga banyaknya sampah plastik yang berada dipermukaan beberapa koloni karang.
Tipe-tipe sampah yang umum dijumpai adalah karung, berbagai jenis tas plastik, kaleng dan bekas-bekas tali pancing.
Gambar 3. Histogram Indeks Kematian Karang Batu
Kesimpulan
1. Persentase tutupan karang batu kawasan mega mas sebesar 40,12 % dan masuk pada kategori cukup. Persentase tutupan karang batu stasiun 1 paling tinggi adalah Acropora branching (14,68 %), stasiun 2 adalah Acropora tabulate 24,60 % dan stasiun 3 adalah karang encrusting (10,80 %).
2. Indeks keragaman karang batu kawasan mega mas kurang dari 0,75 , sehingga keragaman karang batu di daerah ini masuk pada kategori cukup produktif.
3. Kepadatan relatif karang encrusting lebih tinggi dan kemudian diikuti karang jenis Acropora dan sub massive.
4. Karang dari genus Acopora merupakan karang dengan rata-rata panjang koloni paling tinggi, kemudian diikuti oleh karang encrusting dan sub massive.
5. Kematian karang batu di daerah ini sangat kecil.
Pustaka
Ditlev, H., 1980. A Field-Guided to The Reef Building Coral of The Indo-Pacigic. Dr. W. Bakhuys Publisher. Rotterdam.
Lalamentik, L.Th.X., 1991. Karang dan Terumbu Karang. Laporan Fakultas Perikanan UNSRAT. Manado. 66 hal.
Lane, D.J.W., 1986. Growth of Scleractinians Coral on Sediment-Stressed Reefs at Singapore. Department of Zoology. National University of Singapore.
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta. 457 hal.
Roeroe, K.A., 1995. Telaah Kondisi Ekologi Terumbu Karang Di Perairan Pantai Utara Minahasa, Sulawesi Utara. Skripsi Fakultas Perikanan. Universitas Sam Ratulangi. Manado. 45 hal.
Soekarno, R., 1994. Ekosistem Terumbu Karang dan Masalah Pengelolaannya. Dalam Materi Kursus Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang di Manado tahun 1995.
Sutarna, I. N., 1991. Kondisi dan Produktifitas Karang Batu di Tanjung Selatan Pulau Ambon. Perairan Maluku dan Sekitarnya. BPPSL-P3O LIPI. Ambon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar